Siti Suhelni

Kelahiran Medan generasi tahun 80'an merupakan sulung dari tiga bersaudara. Menjadi guru merupakan cita-cita sejak SMP. Dan Alhamdulillah dengan segala pu...

Selengkapnya
Navigasi Web

8. Derita yang Kembali Mendera

#Tantangan Gurusiana#

Tanntangan Menulis Hari ke-9

Kamis, 23 Januari 2020

1. Derita yang Kembali Mendera

Tanpa terasa sudah lebih dua tahun kami tinggal di pertambakan udang windu ini. Kalau tiba saatnya musim panen udang merupakan hal yang sangat menggembirakan bagiku. Aku dengan puas bisa menikmati udang-udang windu yang besar. Ibu menggoreng udang-udang tersebut lalu kami memakannya dengan saus sambal. Tidak hanya udang kebutuhan protein hewani lainnya juga terpenuhi untukku karena Bapak sering mendapat ketam payau yang berada di sekitar tambak.

Hari itu adalah hari pembagian rapor kenaikan kelas empat. Hari yang membahagiakan dan juga menyedihkan bagi ku. Membahagiakan karena aku mendapat juara tiga dan dapat naik ke kelas empat. Menyedihkan karena aku akan berpisah dengan guru dan teman-temanku karena Bapak sudah tidak lagi bekerja di tambak udang disebabkan oleh perusahaan tambak udang tersebut pailit dan gulung tikar tidak sesuainya pembiayaan dengan harga panen penjualan udang kala itu sehingga tidak bisa membayar gaji karyawan.

Bagaikan petir yang menyambar di siang hari. Waktu Bapak menceritakan kondisi tempat Bapak bekerja yang merugi. Sehingga Bapak mengambil keputusan untuk kembali ke kampung Mbah. Aku sangat sedih mendengarnya karena akan pindah sekolah lagi, balik ke kampung dan bertemu dengan teman lama yang dulu ada rasa malu dan minder balik lagi ke kampung. Tetapi apa boleh buat itu sudah menjadi keputusan Bapak karena peruntungan keluarga kami sudah tidak ada lagi di tambak ini.

Sekembalinya kami dari pertambakan udang, Bapak tidak mempunyai penghasilan yang tetap sehingga membuat keluarga kami hidup dalam serba kekurangan. Di kala itu ibu ku sedang hamil besar, adik ke dua ku akan segera lahir namun persiapan biaya kelahiran adik ku belum ada.

Pada suatu sore setelah aku siap mandi bersama ibu dan duduk di teras rumah. Rumah yang baru didirikan oleh Bapak dengan dibantu oleh adik Bapak. Rumah yang berbahan sangat sederhana. Rumah kami terbuat dari “gedhek” yakni bambu yang dianyam beratapkan daun rumbia dan masih berlantaikan tanah. Ibu menyisiri rambut ku yang keriting dengan mengolesi minyak kemiri terlebih dahulu.

Ibu mengutarakan maksudnya kepada ku, “Eni sebentar lagi adik dalam perut ibu akan lahir, Apakah kamu senang mendapatkan adik baru?” “Tentu saja ibu”, kata ku. “Memangnya ada apa ibu?”, sepertinya ibu sangat kesusahan yang tergambar dari raut mukanya yang sudah tidak muda lagi. “Begini ibu belum mempunyai uang untuk biaya persalinan nanti”. “Apakah eni bersedia meminjamkan anting yang eni pakai untuk dijual agar ada uang untuk biaya tersebut”. “Ibu mengapa berkata seperti itu inikan anting yang ibu belikan ibu berhak mengambilnya kembali”. Walau sebenarnya hati ini merasa berat namun aku ikhlas membantu ibu. “Tidak apa-apa ibu juallah anting ini ke pasar semoga di lain waktu Allah dapat menggantinya”. Ibu ku meneteskan air matanya. Lalu aku menghapus air mata itu. Sungguh kesedihan yang mendalam tergambar di wajah ibu.

Setelah kelahiran adikku yang kedua keadaan ekonomi keluarga kami bertambah parah. Aku sering tidak membawa uang jajan ke sekolah. Ibu terkadang membuat kripik ubi yang dibungkus dengan plastik kecil untuk ku bawa ke sekolah lalu ku titipkan di warung sekolah. Hasil penjualan kripik tadi untuk membantu uang jajan aku dan adikku yang juga sudah mulai masuk sekolah. Kami sering makan dengan rebusan daun ubi dan sambal terasi tanpa ada lauk yang menyertainya. Makan nasi hanya bisa dua kali sehari, di pagi hari kami sarapan dengan rebusan ubi atau pisang hasil kebun sendiri. Ibu selalu berkata kita mesti tetap bersyukur walaupun hidup kita serba kekurangan yang penting kita memohon kepada Allah agar selalu diberi nikmat kesehatan agar dapat menjalani hari-hari ke depannya menjadi lebih baik.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post